X

Bila kata keikhlasan memiliki seribu definisi, maka hilanglah keikhlasan, karena semua orang mendefinisikannya berdasarkan kepentingannya

Kamis, 26 Maret 2009

KARENA JILBAB

Natalia Agasta akhirnya dengan penuh keyakinan memutuskan untuk berjilbab. Tarikan napas yang panjang lalu ia keluarkan kembali sambil menjatuhkan pantatnya di atas kursi busa. Lelah, penat menemaninya dalam perjalanan dari kantor ke rumah. Gerah dan gatal-gatal di kepala membuat jari lentiknya tak bisa diam menggaruk-garuk dan rambut kusut plus lengket akibat asap kenalpot serta debu jalan yang menempel di rambutnya menambah kejengkelan dan runyem suasana hati.
Sabtu,Maret 1988. Di sebuah halte daerah cawang, Aryani mahasisi dari salah satu PTI Bekasi duduk dengan santainya menanti patas jurusan Cililitan kali deres. Melihat wanita berkacamata berdiri menanti patas dengan jurusan yang sama. "Teteh mau kemana?" sapa Aryani." Oh, mau ke Kosambi,". Terlihat Natalia begitu gelisah menanti patas. Buspun tiba mereka bergegas menaikinya. Interaksi, dialogpun berkelanjutan." Maaf de, "Kamu sudah lama berjilbab?"." Sejak SMA"."Memangnya kenapa teh ?"."Apa kamu tidak gerah, saya saja yang tidak berjilbab merasakan panas dan gerah, kalau dari kantor pasti keramas terus dan pasti saya cepat-cepat pulang untuk mandi". "Awalnya memang begitu tapi lama-lama tidak bahkan merasa nyaman dan aman." Maksud kamu apa nyaman dan aman?'."Nyaman karena tak ada satu debu yang menempel di rambut, juga bila ada yang bicara kita bisa dengar dan konsentrasi penuh sehingga tak ada suara lain yang masuk mengganggu. juga irit lo teh?". "Maksudnya?"." Irit nyampoo gitu loh". "Cuma itu aja yang kamu rasakan selama ini? Kata kamu tadi aman, aman bagaimana?". "Aman Dari kutu, yang jelas aman dari laki-laki yang usil mereka tak berani menggoda dan macam-macam pada kita". Maaf Mba ongkosnya? kernet memutuskan pembicaraan mereka. keduanya mengeluarkan ongkos namun Natalia lebih dulu menyodorkan uang ke kernet." Dua mas". "Ngga usah teh ini saya ada kok," "Ga apa-apa saya tahu mahasiswi tu boke, saya juga pernah jadi mahasiswi,".Hahaha.... keduanya tertawa sambil cubit cibitan." Teteh bisa ajah"." O,iya dari tadi kita ngobrol tapi belum kenalan" sela Natalia sambil membuka dompet dan mengambil kartu nama. "Kartu nama kamu mana?". "Tadi kata teteh mahasiswi boke, jadi aku ngga punya kartu nama, Aryani, panggil aja ani."."Mas jembatan gantung ya?.". "saya turun di sini, mampir yu?" lain kali aja teh, makasih teh kartu namanya plus ongkosnya?"." Sama-sama".
Mei,1988.Di tempat yang sama halte cawang. Aryani di tegur oleh seorang wanita berjilbab berkacamata. "Sedang nunggu bus de,?" O, iya bu, ibu juga?" iya saya juga". Masih kuliah de?" "iya bu,". "Semester berapa?" baru semester enam"."oooh, De, saya ini para normal yang bisa menebak seseorang yang belum saya kenal, berdomisili dimana ia saya tahu, siapa namanya saya juga tahu"." Maaf bu, kalau memang ibu para normal siapa nama saya dan dimana saya berdomisili?"." Oh, itu mudah saja. Ade berdomisili di kali deres rumah ade dekat mesjid di terminal kali deres,nama ade Aryani panggilannya Ani, betulkan de?" i,iya bu, ko, bisa tahu sedetil itu ibu,?". " Kan saya sudah katakan sama ade saya ini para normal, ade juga bisa seperti saya". "Caranya,?"." oh, itu mudah saja, ade tatap wajah saya dalam- dalam ade akan menerima ilmu dari saya, silahkan lihat wajah saya," Aryani seperti dihipnotis ia menurut saja apa kata wanita itu. Ditatapnya wajah wanita itu dalam-dalam tanpa ia sadari ia teriak dan kaget. "Teh, teh, teteh Natalia! ini teteh Natalia kan!?". " Iya, ini saya". Natalia membuka dan memanjangkan kedua tangannya disambut oleh tangan Aryani mereka berpelukan, Aryani menangis Natalia tersenyum,tangisan haru dan bangga, senyuman bahagia. "Teteh sejak kapan pakai jilbab?". " Sejak bertemu dengan mahasiswi yang BOKE". Mereka berpelukan kembali untuk yang kedua kalinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

OKEY